,

Seminar Rabuan “Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Pendekatan Baru dalam Penelitian dan Intervensi Kesehatan Masyarakat: Social Network Analysis (SNA) dan Agent-Based Modeling (ABM)”

Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, FK-KMK UGM kembali menyelenggarakan seminar rabuan, wadah berbagi ilmu dan berdiskusi bagi civitas akademik UGM dan masyarakat umum. Seminar rabuan kali ini mengambil tema “Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Pendekatan Baru dalam Penelitian dan Intervensi Kesehatan Masyarakat: Social Network Analysis (SNA) dan Agent-Based Modeling (ABM)”  yang telah diselenggarakan di Hari Rabu, 6 April 2020 pukul 10.00 – 12.00 WIB melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming.

Dalam mendampingi peserta dalam berdiskusi, seminar ini dimoderatori oleh Aditya Lia Ramadona, Ph.D yang merupakan Dosen di Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial dengan tiga narasumber yang memiliki segudang pengalaman. Narasumber pertama adalah Dr. Retna Siwi Padmawati., MA, dosen di Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, narasumber kedua adalah Dr. Andry Almasyah, S.Si., M.Sc yang merupakan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta Kepala Laboratorium Social Computing and Big Data, Telkom University; Presiden Asosiasi Ilmuwan Data Indonesia, dan narasumber ketiga adalah Dr. rer. silv. Muhammad Al Imron, dosen dan Kepala Laboratorium Pengelolaan Satwa Liar, Fakultas Kehutanan UGM.

Sesi pertama dimulai oleh Dr. Retna Siwi Padmawati., MA yang memberikan materi mengenai “Peran dan Perilaku Sosial dalam Kesehatan Masyarakat”. Materi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu perilaku sosial, pengaruh sosial pada perilaku, dan permasalahan perilaku sosial dalam situasi pandemi. Beliau menjelaskan bahwa ilmu perilaku sosial mempelajari dan mengeksplorasi mengapa orang berperilaku seperti apa yang mereka lakukan dalam situasi tertentu. Hal ini bisa dilihat dari sisi individu maupun kelompok yang lebih besar seperti komunitas dan organisasi, dimana variabel ini bisa digunakan untuk mengurangi masalah sosial dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun demikian, dalam studi empiris, peran sosial dan dinamika sosial perilaku tidak mudah dilakukan dan menghadapi tantangan metodologi. Dr. Siwi juga membahas mengenai respon individu terhadap threat and risk dimana respon terhadap ancaman mempunyai konsekuensi dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku. Sebagai contoh, Covid-19 membuat masyarakat merasa takut yang kemudian akan menyebabkan perubahan perilaku dan reaksi defensive jika merasa tidak berdaya. Hal ini memiliki konsekuensi dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku dan policy yang akan dikembangkan. Otoritas perlu terus menerus menekankan perubahan perilaku dan mengikuti kebijakan, dimana kebijakan ini tidak boleh bertentangan.

Bersambung dengan materi yang telah disampaikan oleh Dr. Siwi, sesi berikutnya dilanjutkan oleh  Dr. Andry Almasyah, S.Si., M.Sc dengan “Pendekatan Studi Kesehatan Masyarakat dengan Social Network Analysis” sebagai materi. Beliau memulai dengan penjelasan mengenai society 5.0, yakni era yang berpusat pada manusia dengan bantuan teknologi canggih yang mengintegrasikan ruang maya dan fisik untuk menyelesaikan berbagai tantangan sosial modern. Artificial intelligence, block chain, cloud, dan big data sangatlah identik dengan era ini. Keempat hal tersebut meninggalkan apa yang disebut dengan digital trace yang akan membentuk komunikasi dan network tersendiri. Dr Andry menjelaskan bahwa dengan Social Network Analysis (SNA) koneksi yang telah dibuat di sosial media dan juga kluster kluster bisa dianalisis. Contohnya ialah ketika menganalisa sebuah kluster, peneliti harus mendeteksi centrality metrics, yaitu mendeteksi representasi dalam sebuah cluster atau pihak yang paling berpengaruh. Berdasarkan landasan ini peneliti bisa mendeteksi kecenderungan kluster tersebut dan penyebarannya.

Dr. rer. silv. Muhammad Al Imron melanjutkan sesi dengan materi yang berjudul “Pemanfaatan Agent Based Model untuk Penelitian Pandemi.” Agent based modeling (ABM) merupakan merupakan pendekatan bottom up, dengan mempertimbangkan bahwa tiap individu itu unik, memiliki karakter berbeda satu sama lain, dan mampu berinteraksi serta beradaptasi dan secara kumulatif dapat mempengaruhi tingkat yang lebih tinggi. ABM sendiri juga telah diaplikasikan dalam kesehatan masyarakat di beberapa payung penelitian seperti epidemiologi penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, perilaku kesehatan, dan epidemiologi sosial. Dengan demikian, bisa terlihat bahwa ABM telah digunakan dalam berbagai kasus kesehatan, namun belum cukup jamak digunakan di Indonesia. Namun demikian, pendekatan ini sangat potensial dikembangkan di Indonesia, baik untuk pengembangan sains maupun pembuatan skenario-skenario penanganan kesehatan.

Dari tiga materi yang telah disampaikan oleh para narasumber, banyak memantik diskusi dan  pertanyaan yang menarik dari peserta.ara peserta banyak belajar dari narasumber dan sebaliknya. Setelah sesi diskusi, seminar yang telah berjalan selama dua jam pada penghujung acara ditutup dengan closing statement dari para narasumber dan moderator.